TEKNIK
TEKNOLOGI
REPRODUKSI
DENGAN INSEMINASI
`
DISUSUN
OLEH :
1. BAROKATUL NIM
121.0007BP
2. IRWAN
HARIS NIM
121.0017BP
3. RINI
DWI ASTUTI NIM
121.0027BP
4. WINARNI NIM 121.0031BP
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN HANGTUAH SURABAYA
2013
TEKNIK TEKNOLOGI REPRODUKSI DENGAN INSEMINASI
v Pengertian Inseminasi
Inseminasi adalah salah satu teknik untuk membantu
proses reproduksi dengan cara menyemprotkan sperma yang telah dipreparasi
(diproses) ke dalam rahim menggunakan kateter dengan tujuan membantu sperma
menuju telur yang telah matang (ovulasi) sehingga terjadi pembuahan.
Inseminasi buatan adalah peletakan sperma ke follicle ovarian (intrafollicular), uterus (intrauterine), cervix (intracervical), atau tube fallopian (intratubal) wanita dengan menggunakan cara buatan
dan bukan dengan kopulasi alami.
Mendapatkan buah hati merupakan hal yang diidamkan
oleh hampir semua pasangan. Namun tak semua orang yang sudah menikah
mendapatkan buah hati dengan mudah. Banyak yang harus melalui berbagai proses
dan metode medis sebagai usaha untuk menghadirkan sang buah hati. Salah satu
caranya dengan proses inseminasi yang
kerap dipilih oleh banyak pasangan.
Berbeda dengan bayi tabung, proses pembuahan pada
teknik inseminasi terjadi di saluran telur. Biasanya teknik ini ditujukan untuk
membantu problem infertilitas seperti jumlah sperma yang sedikit atau bentuk
rahim yang susah dijangkau oleh sperma dalam perjalanannya menuju telur.
v PROSEDUR
Untuk mendapatkan sperma, pria (suami) dapat
bermasturbasi ke dalam penampung khusus yang steril, dan diserahkan tidak lebih
dari 1 jam dari waktu pengeluaran. Hal ini dapat dilakukan di rumah pasangan
atau di rumah sakit.
Inseminasi dijadwalkan di sekitar waktu ovulasi,
karena salah satu faktor keberhasilan inseminasi adalah bila dilakukan sedekat
mungkin dengan waktu ovulasi. Waktu ovulasi diperkirakan berdasarkan alat
deteksi ovulasi kartu SBB, atau dengan injeksi HCG (Human Chorionic
Gonadothropine) untuk maturasi akhir dan pemecahan folikel (kantung sel telur).
Inseminasi biasanya dilakukan sekali atau dua kali sebulan tergantung dari
siklus menstruasi.
Prosedur inseminasi cukup sederhana dan hanya
membutuhkan waktu beberapa menit. Wanita berbaring pada meja periksa dan dokter
akan memasukkan speculum ke dalam vagina. Semen yang telah diproses (‘dicuci’)
di laboratorium akan dimasukkan ke dalam rongga uterus dengan menggunakan
kateter lembut plastic steril. Bila wanita mengalami ovulasi yang tidak
teratur, dokter akan meresepkan obat-obat untuk merangsang (induksi)
ovulasi. Inseminasi biasanya dilakukan dengan bersama-sama dengan induksi
ovulasi untuk meningkatkan kemungkinan fertilisasi.
v Teknik
Inseminasi
1. Teknik
IUI (Intrauterine Insemination)
Teknik
IUI dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan melalui leher rahim hingga ke
lubang uterine (rahim).
2. Teknik
DIPI (Direct Intraperitoneal Insemination)
Teknik
DIPI telah dilakukan sejak awal tahun 1986. Teknik DIPI dilakukan dengan cara
sperma diinjeksikan langsung ke peritoneal (rongga peritoneum).
Teknik IUI dan DIPI dilakukan dengan menggunakan alat
yang disebut bivalve speculum, yaitu suatu alat yang berbentuk seperti
selang dan mempunyai 2 cabang, dimana salah satu ujungnya sebagai tempat untuk
memasukkan/menyalurkan sperma dan ujung yang lain dimasukkan ke dalam
saluran leher rahim untuk teknik IUI, sedangkan untuk teknik DIPI dimasukkan ke
dalam peritoneal. Jumlah sperma yang disalurkan/diinjeksikan kurang lebih
sebanyak 0,5–2 ml. Setelah inseminasi selesai dilakukan, orang yang mendapatkan
perlakuan inseminasi tersebut harus dalam posisi terlentang selama 10–15
menit.
v Sumber Sperma
Ada 2 jenis sumber sperma yaitu:
1. Dari sperma suami
Inseminasi
yang menggunakan air mani suami hanya boleh dilakukan jika jumlah spermanya
rendah atau suami mengidap suatu penyakit. Tingkat keberhasilan AIH hanya
berkisar 10-20 %. Sebab-sebab utama kegagalan AIH adalah jumlah sperma suami
kurang banyak atau bentuk dan pergerakannya tidak normal.
2. Sperma penderma
Inseminasi
ini dilakukan jika suami tidak bisa memproduksi sperma atau azoospermia atau
pihak suami mengidap penyakit kongenital yang dapat diwariskan kepada
keturunannya. Penderma sperma harus melakukan tes kesehatan terlebih
dahulu seperti tipe darah, golongan darah, latar belakang status physikologi,
tes IQ, penyakit keturunan, dan bebas dari infeksi penyakit menular. Tingkat keberhasilan
Inseminasi AID adalah 60-70 %.
v Penyiapan
sperma
Sperma dikumpulkan dengan cara marturbasi, kemudian
dimasukkan ke dalam wadah steril setelah 2-4 hari tidak melakukan
hubungan seksual. Setelah dicairkan dan dilakukan analisa awal sperma, teknik
“Swim-up” standar atau “Gradient Percoll” digunakan untuk persiapan penggunaan
larutan garam seimbang Earle atau Medi. Cult IVF medium, keduanya dilengkapi
dengan serum albumin manusia. Dalam teknik Swim-up, sampel sperma
disentrifugekan sebanyak 400 g selama 15 menit. Supernatannya dibuang, pellet
dipisahkan dalam 2,5 ml medium, kemudian disentrifuge lagi. Sesudah memisahkan
supernatannya, dengan hati-hati pellet dilapisi dengan medium dan diinkubasi
selama 1 jam pada suhu 37º C. Sesudah diinkubasi, lapisan media yang berisi
sperma motile dikumpulkan dengan hati-hati dan digunakan untuk inseminasi.
Pada teknik Percoll, sperma dilapiskan pada Gradient
Percoll yang berisi media Medi. Cult dan disentrifugekan sebanyak 500 g selama
20 menit. 90 % dari pellet kemudian dipisahkan dalam 6 ml media dan
disentrifugekan lagi sebanyak 500 g selama 10 menit. Pellet sperma kemudian
dipisahkan dalam 0,5 atau 1 ml medium dan digunakan untuk inseminasi.
v ANALISIS KUALITAS SPERMA
Pemeriksaan Laboratorium Analisis Sperma dilakukan
untuk mengetahui kualitas sperma, sehingga bisa diperoleh kualitas sperma yang
benar-benar baik. Penetapan kualitas ekstern di dasarkan pada hasil evaluasi
sampel yang sama yang dievaluasi di beberapa laboratorium, dengan
tahapan-tahapan: Pengambilan sampel, Penilaian Makroskopik, Penialain
Mikroskopis, Uji Biokimia, Uji Imunologi, Uji mikrobiologi, Otomatisasi,
Prosedur ART, Simpan Beku Sperma.
v Resiko Injeksi
Sperma
Dalam pembuahan normal, antara
50.000-100.000 sel sperma, berlomba membuahi 1 sel telur. Dalam pembuahan
normal, berlaku teori seleksi alamiah dari Charles Darwin, dimana sel yang
paling kuat dan sehat adalah yang menang. Sementara dalam inseminasi
buatan, sel sperma pemenang dipilih oleh dokter atau petugas labolatorium. Jadi
bukan dengan sistem seleksi alamiah. Di bawah mikroskop, para petugas
labolatorium dapat memisahkan mana sel sperma yang kelihatannya sehat dan tidak
sehat. Akan tetapi, kerusakan genetika umumnya tidak kelihatan dari luar.
Dengan cara itu, resiko kerusakan sel sperma yang secara genetik tidak sehat,
menjadi cukup besar.
Belakangan ini, selain faktor sel
sperma yang secara genetik tidak sehat, para ahli juga menduga prosedur
inseminasi memainkan peranan yang menentukan. Kesalahan pada saat injeksi
sperma, merupakan salah satu faktor kerusakan genetika. Secara alamiah, sperma
yang sudah dilengkapi enzim bernama akrosom berfungsi sebagai pengebor lapisan pelindung
sel telur. Dalam proses pembuahan secara alamiah, hanya kepala dan ekor sperma
yang masuk ke dalam inti sel telur.
Sementara dalam proses inseminasi
buatan, dengan injeksi sperma, enzim akrosom yang ada di bagian kepala
sperma juga ikut masuk ke dalam sel telur. Selama enzim akrosom belum terurai,
maka pembuahan akan terhambat. Selain itu prosedur injeksi sperma
memiliko resiko melukai bagian dalam sel telur, yang berfungsi pada pembelahan
sel dan pembagian kromosom.
v Dampak
Inseminasi Buatan
Keberhasilan inseminasi buatan tergantung
tenaga ahli di labolatorium, walaupun prosedurnya sudah benar, bayi dari hasil
inseminasi buatan dapat memiliki resiko cacat bawaan lebih besar daripada
dibandingkan pada bayi normal. Penyebab dari munculnya cacat bawaan adalah
kesalahan prosedur injeksi sperma ke dalam sel telur. Hal ini bisa terjadi
karena satu sel sperma yang dipilih untuk digunakan pada inseminasi buatan
belum tentu sehat, dengan cara ini resiko mendapatkan sel sperma yang secara
genetik tidak sehat menjadi cukup besar. Cacat bawaan yang paling sering muncul
antara lain bibir sumbing, down sindrom, terbukanya kanal tulang belakang,
kegagalan jantung, ginjal, dan kelenjar pankreas.
How To Play Baccarat Online - Wolverione
BalasHapusIn the United 카지노 States, the casino offers baccarat, roulette, and other 온카지노 variations of craps. to the 바카라 casino's main “craps dealer”, the two games are blackjack, craps,