METODE KONTRASEPSI
OLEH :
1. DIDIK DWI WINARNO NIM : 121-0010-BP
2. MARETA INDAH SARI NIM : 121-0020-BP
3. SITI NURHAYATI NIM : 121-0030-BP
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya tim penyusun dapat menyelesaikan makalah “Metode Kontrasepsi” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti. Tim penyusun membuat makalah ini untuk melengkapi tugas mata kuliah Reproduksi.
Selain itu, tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam penyusunan makalah ini terutama pada dosen pembimbing yang telah memberi motivasi sehingga tim penyusun mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar. Dan tidak lupa tim penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para pembaca atas kekurangan dari makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Surabaya, 15 April 2013
penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………………………..1
1.2 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………………………………………….….2
1.3 Manfaat Penulisan…………………………………………………………………………………………………………..…2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………………………..….3
2.1 Pengertian Keluarga Berencana……………………………………………………………………………………….…3
2.2 Tujuan Keluarga Berencana………………………………………………………………………………………………..3
2.3 Manfaat Keluarga Berencana……………………………………………………………………………………………..4
2.4 Metode Kontrasepsi…………………………………………………………………………………………………………….5
2.4.1 Pengertian…………………………………………………………………………………………………………………..5
2.4.2 Jenis-jenis Alat Kontrasepsi………………………………………………………………………………………….6
2.4.3 Macam Alat Kontrasepsi……………………………………………………………………………………………..6
2.4.4 Efektifitas Kontrasepsi……………………………………………………………………………………………….12
2.4.5 Perbandingan Metode Kontrasepsi……………………………………………………………………………13
2.4.6 Metod.
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………………………………………………39
BAB IV Kesimpulan dan Saran…………………………………………………………………………………………………40
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………….42
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap tahun, lebih dari 600.000 wanita di dunia meninggal akibat komplikasi kehamilan saat melahirkan. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 99 % kematian itu terjadi di negeri berkembang. Dalam jangka waktu yang sama, tak kurang dari 50 juta aborsi akibat kehamilan tak diinginkan terjadi di muka bumi ini. Kontrasepsi kemudian dijadikan program untuk menekan angka-angka yang mengerikan itu. Di Afrika tercatat, sekitar 82 % penduduknya tidak berkontrasepsi. Di Asia Tenggara, Selatan, dan Barat, hanya 43 % yang sadar kontrasepsi. Negeri maju di Asia Timur, seperti Jepang dan Korea Selatan, selangkah lebih sadar, hanya seperlima warganya yang menolak kontrasepsi.
Keluarga Berencana (KB) di Indonesia telah mencapai sukses yang bermakna sejak dari awal (1970) dengan jumlah akseptor sebanyak 40.000. Sampai tahun 2000 telah terjadi peningkatan yang pesat mencapai lebih dari 24 juta akseptor di antara 36 juta pasangan yang menikah. Namun, penerimaan cara-cara kontrasepsi efektif bersifat sementara (IUD, pil, dan implant) dalam program KB nasional menurun pada tahun 2002-2003, kecuali untuk kontrasepsi injeksi dengan prevalensi yang cukup besar, yaitu 27.8%.
Di Propinsi Jawa Barat, jenis kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor pada bulan Maret 1991 tercatata bahwa yang menggunakan IUD sebesar 9,8 %, vasektomi sebesar 1,3 %, tubektomi sebesar 0,8 %, implant sebesar 4,4 %, suntik sebesar 51,8 %, pil sebesar 31,7 %, dan kondom sebesar 0,1 %.
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk optimalisasi manfaat kesehtan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehtan reproduksi utama dan yang lain. Juga responsive terhadap berbagai tahap kehidupan reproduksi wanita. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita.
Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena terbatasnya sarana dan metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi, usia serta rendahnya pemahaman terhadap alat kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status keehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan , besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak.
Perasaan dan kepercayaan wanita mengenai tubuh dan seksualitasnya tidak dapat dikesampingkan dalm pengambilan keputusan untuk menggunakan kontrasepsi. Banyak wanita tidak bersedia mengubah siklus normalnya, karena takut bahwa perdarahanyang lama dapat mengubah pola hubungan seksual dan dapat mendorong suami berhubungan seks dengan wanita lain. Siklus yang memanjang atau perdarahan intermiten dapat membatasi partisipasi dalam aktivitas keagamaan maupun budaya.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menambah wawasan pengetahuan penulis mengenai salah satu bidang kajian pada bidang reproduksi
2. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah reproduksi
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi temen-teman sejawat
Dapat meningkatkan pengetahuan tentang masalah keluarga berencana dan metode kontrasepsi terutama dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
2. Bagi masyarakat/pasien
Mendapatkan pengetahuan tentang macam-macam metode kontrasepsi sesuai dengan kebutuhannya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran anak. Untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan kontrasepsi, sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya menetap bisa dilakukan sterilisasi. Aborsi merupakan salah satu cara untuk mengakhiri kehamilan jika terjadi kegagalan kontrasepsi.
Menurut WHO, Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek-objek tertentu, mengatur jumlah anak sesuai kehendak, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
2.2 Tujuan Keluarga Berencana
Gerakan Keluarga Berencana bertujuan untuk meningatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Selain itu tujuan Keluarga Berencana adalah meningkatkan peran serta masyarakat terhadap pendewasaan usia perkawinan, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Untuk tercapainya tujuan tersebut diselenggarakan kegiatan : Komunikasi, informasi dan Edukasi (KIE) Pelayanan Keluarga Berencana (Pelkon); Pemantapan Kelembagaan dan Pengelolaan Program.
Kegiatan KIE bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang mendukung terwujudnya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) melalui gerakan KB. KIE meliputi kegiatan pengembangan dan penyampaian pesan melalui berbagai media masa yang dilaksanakan bekerja sama, antara lain dengan organisasi kemasyarakatan formal, lembaga swadaya masyarakat dan dunia usaha. Dalam meningkatkan kegiatan KIE, dimanfaatkan seoptimal mungkin perkembangan kemajuan teknologi komunikasi media massa, baik media massa elektronik maupun media massa cetak. Di samping itu, media massa tradisional yang terdapat di daerah, seperti kesenian tradisional, tetap dimanfaatkan dalam kegiatan KIE.
Kegiatan Pelayanan KB bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang ber-KB yang bermutu, aman, mudah, dan terjangkau sehingga dapat memberikan kepuasan dan menjamin keberhasilan program KB di dalam masyarakat. Untuk itu, ditingkatkan penyediaan dan distribusi obat dan alat kontrasepsi yang cukup; pelayanan pemasangan dan pelepasan alat kontrasepsi; pelayanan medik akibat dampak samping yang mungkin timbul karena pemakaian alat kontrasepsi; dan berbagai kegiatan pembinaan keluarga sejahtera dengan memberikan bantuan kredit pada para peserta KB untuk meningkatkan pendapatan kelompok akseptor / keluarga sejahtera (UUPKA/UPPKS).
2.3 Manfaat Keluarga Berencana
Memilih alat kontrasepsi yang cocok dan baik merupakan hal yang gampang-gampang susah. Semuanya harus disesuaikan dengan umur dan tujuan dari wanita pasangan usia subur. Dalam dunia kedokteran, terdapat tiga fase yang digunakan sebagai dasar penggunaan kontrasepsi yang rasional. Yakni masa menunda kesuburan / kehamilan, masa mengatur kesuburan / menjarangkan kesuburan dan masa mengakhiri kesuburan.
1. Menunda Kehamilan
Masa menunda kesuburan / kehamilan ini merupakan waktu bagi wanita pasangan usia subur yang sudah menikah dengan umur kurang dari 20 tahun. Pada wanita seusia itu, alat-alat reproduksi masih belum stabil, sehingga ditakutkan dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bila ia hamil.
Alat kontrasepsi yang diperlukan yang memiliki efektivitas tinggi dan kemampuan mengembalikan kesuburan seorang wanita yang tinggi. Prioritas urutan kontrasepsi yang ditawarkan pil KB, AKDR (spiral), cara sederhana (senggama terputus, kondom, pantang berkala, diafragma).
2. Menjarangkan Kehamilan
Umur terbalik bagi ibu untuk melahirkan menurut ilmu kesehatan reproduksi usia antara 20 – 30 tahun, namun akhir-akhir ini mulai beranjak hingga usia 35 tahun. Syarat kontrasepsi yang diperlukan untuk wanita seusia ini yang efektivitasnya tinggi, kemampuan mengembalikan kesuburan juga cukup tinggi. Karena akseptor masih mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai 3 – 4 tahun sesuai dengan jarak kelahiran yang diinginkan, dan tidak menghambat produksi ASI.
3. Mengakhiri Kesuburan
Masa ini adalah saat wanita berusia lebih dari 30 tahun dan sudah memiliki 2 anak. Kontrasepsi yang diperlukan adalah yang efektivitasnya tinggi, dan dapat dipakai untuk jangka panjang. Prioritas urutan kontrasepsi yang disarankan kontrasepsi mantap, AKDR, implant, cara sederhana dan pil KB.
2.4 Metode kontrasepsi
2.4.1 Pengertian
Pengertian kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam kontrasepsi. Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun yang efektif secara menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih efektif dibandingkan metode lainnya. Efektivitas metode kontrasepsi yang digunakan bergantung pada kesesuaian pengguna dengan instruksi. Perbedaan keberhasilan metode juga tergantung pada tipikal penggunaan (yang terkadang tidak konsisten) dan penggunaan sempurna (mengikuti semua instruksi dengan benar dan tepat). Perbedaan efektivitas antara penggunaan tipikal dan penggunaan sempurna menjadi sangat bervariasi antara suatu metode kontrasepsi dengan metode kontrasepsi yang lain. Sebagai contoh: kontrasepsi oral sangat efektif bila digunakan secara tepat, tetapi banyak wanita yang sering kali lupa untuk meminum pilnya secara teratur. Sehingga penggunaan kontrasepsi oral secara tipikal kurang efektif dibandingkan penggunaan sempurna.
Pada kontrasepsi implan, saat implan dimasukkan ke dalam tubuh, tidak diperlukan perlakuan apapun lagi (sehingga penggunaan implan menjadi penggunaan sempurna) sampai tiba waktunya untuk diganti. Dalam hal ini maka penggunaan tipikal sama saja dengan penggunaan sempurna, sampai saat penggantian implan.
Seseorang cenderung menggunakan suatu metode kontrasepsi secara tepat ketika semakin terbiasa dengan metode kontrasepsi tersebut. Hasilnya, perbedaan efektivitas antara penggunaan yang tipikal dengan penggunaan sempurna semakin berkurang seiring dengan berjalannya waktu.
2.4.2 Jenis Kontrasepsi
Kontrasepsi dapat dilakukan dengan alat bantu maupun tanpa alat bantu. Metode kontrasepsi tanpa alat bantu disebut juga KB sistem kalender atau abstinesia. Cara KB dengan sistem kalender adalah mengatur kehamilan dengan tidak melakukan hubungan cekcual pada saat wanita dalam masa subur. Masa subur berkaitan dengan terjadinya siklus menstruasi atau datang bulan. Masa subur wanita adalah kurang lebih satu minggu sebelum menstruasi dan satu minggu sesudah menstruasi.
Jenis kontrasepsi yang kedua adalah kontrasepsi dengan alat bantu. Dengan alat bantu kontrasepsi memungkinkan sperma dan sel telur tidak dapat bertemu walaupun terjadi ejakulasi di dalam pagina saat melakukan hubungan cekcual. Pemakaian alat kontrasepsi masih menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat, terutama golongan agamawan. Namun saat ini masyarakat telah banyak memanfaatkan alat kontrasepsi untuk membantu mengatur kelahiran anak.
2.4.3 Macam-macam alat kontrasepsi
Berikut ini contoh alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini beserta kelebihan dan kekurangan yang ditimbulkan dalam pemakaiannya.
1. IUD (Intra Uterine Device)
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, dan harus diganti apabila sudah dipakai dalam masa tertentu. Kelebihan penggunaan IUD adalah sangat efektif untuk mencegah kehamilan. Sedangkan kekurangan penggunaan IUD adalah dapat menyebabkan pendarahan di luar siklus menstruasi yang dialami wanita.
Cara kerja IUD, banyak yang berpendapat bahwa cara kerja dari IUD ini adalah dengan menyulitkan bertemunya sperma dan sel telur. Namun beberapa dokter muslim menjelaskan bahwa sifat kerja IUD adalah mencegah bersemainya sel telur yang telah dibuahi di dalam Rahim (telah berbentuk zygot), sehingga dapat diartikan membunuh bayi diusia dini. Sehingga beberapa ulama berpendapat bahwa penggunaan IUD haram.
Jenis-jenis AKDR di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antiertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
b. Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan dengan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
c. Multi Load
AKDR ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
d. Lippers Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lipper Loopterdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm(tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loopmempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini adalah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
2. Kondom.
Kondom digunakan pada fenis pria untuk mencegah sperma bertemu sel telur ketika terjadi ejakulasi. Kondom berupa sarung karet yang terbuat dari bahan lateks. Kelebihan penggunaan kondom adalah mudah digunakan dan tidak membutuhkan bantuan medis untuk memakai. Kekurangan penggunaan kondom adalah terjadinya kebocoran cairan mani dan alergi pada pemakaian bahan-bahan kondom tertentu.
3. KB Suntik.
Kontrasepsi suntikan adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat tersebut pada wanita subur. Obat ini berisi Depo Moderxi Progesterone Acetate (DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot (intra muskuler) di bokong (gluteus) yang dalam atau pada pangkal lengan (deltoid). KB Suntik dilakukan setiap 3 bulan sekali pada seorang wanita untuk mencegah terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur). Kelebihan menggunakan KB Suntik adalah efektif mencegah kehamilan tanpa perlu banyak tahap yang sulit. KB Suntik juga termasuk metode kontrasepsi yang terhitung murah untuk masyarakat Indonesia. Meski demikian, suntikan KB pada uji coba hewan bisa meningkatkan terjadi resiko kanker.
4. Pil KB.
Pil KB disebut juga kontrasepsi oral. Pil KB berisi hormon yang menghambat pengeluaran sel telur. Keunggulan menggunakan Pil KB adalah bisa mengatur kehamilan sekaligus efektif mencegah kanker ovarium dan endometrium. Sedangkan kelemahan penggunaan pil KB adalah harus diminum oleh wanita secara rutin. Bila tidak diminum secara rutin dan disiplin maka kemungkinan hamil tetap terjadi.
5. Implant
Metode kontrasepsi implant (susuk) ditempatkan di bawah kulit lengan wanita dan mengeluarkan hormon yang mencegah pelepasan ovum. Metode kontrasepsi ini terbilang efektif dan tidak memerlukan kedisiplinan tinggi seperti penggunaan Pil KB. Kekurangan penggunaan implant adalah bisa menyebabkan fase menstruasi tidak teratur. Selain itu, sejumlah kasus melaporkan implant yang tertanam tidak berdiam di lengan namun bergerak ke bagian tubuh terdekat lainnya.
Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk janeda, indoplant atau implanon. Inplant dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi. Keuntungan dari kontrasepsi implant yaitu perlindungan jangka panjang (5 tahun), bebas dari pengaruh estrogen, dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan. Implant juga mempunyai keterbatasan, pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting) atau meningkatnya jumlah darah haid serta amenorea.
6. Difragma
Diafragma atau cervical cap berguna untuk menutupi uterus sehingga mencegah sperma membuahi sel telur. Metode ini tidak biasa di Indonesia karena selain mahal, pemasangannya harus dengan tenaga medis dengan biaya yang mahal. Ditambah lagi angka kegagalan tinggi, peningkatan risiko infeksi, membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan, ketidaknyamanan.
7. Jeli, busa atau spons
Jeli termasuk alat kontrasepsi yang dipakai oleh wanita yang mengandung spermisida (zat yang membunuh sel sperma) sehingga sperma gagal memasuki uterus. Jeli saat ini jarang dipakai dalam metode kontrasepsi karena tidak efektif mencegah kehamilan dan menimbulkan alergi pada sebagian besar wanita yang memakai.
8. Tubektomi (sterilisasi pada wanita)
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria, yaitu vasektomi. Dengan demikian, jika salah satu pasangan telah mengalami sterilisasi, maka tidak diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi yang konvensional. Cara kontrasepsi ini baik sekali, karena kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali.
Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah kesukarelaan dari akseptor. Dengan demikian, sterilisasi tidak boleh dilakukan kepada wanita yang belum menikah / tidak menikah, pasangan yang tidak harmonis atau hubungan perkawinan yang sewaktu-waktu terancam perceraian, dan pasangan yang masih ragu menerima sterilisasi.
Demikian informasi seputar jenis, metode dan alat kontrasepsi yang umum dipakai oleh manusia. Selain cara ini, pencegahan kehamilan juga bisa dilakukan dengan metode operasi vasektomi dan tubektomi. Penjelasan lengkap mengenai dua cara itu akan kita bahas pada artikel selanjutnya. Mudah-mudahan artikel ini bisa menambah pengetahuan Anda untuk mengatur kelahiran anak.
2.4.4 Efektivitas Kontrasepsi
Efektivitas Kontrasepsi
| ||
Metode
|
Kehamilan pada penggunaan tahun pertama (%)
| |
Penggunaan sempurna
|
Penggunaan tipikal
| |
Kontrasepsi oral
|
0,3
|
8
|
Implan
|
0,05
|
0,05
|
Koyo kontrasepsi dan cincin vagina
|
0,3
|
8
|
Injeksi medroxyprogesteron
|
0,3
|
3
|
Kondom
|
2
|
15
|
Diafragma dengan spermisida
|
6
|
16
|
Penutup serviks dengan spermisida
|
18 (pada wanita yang telah memiliki anak)
|
40 (pada wanita yang telah memiliki anak)
|
9 (pada wanita yang belum memiliki anak)
|
18 (pada wanita yang telah memiliki anak)
| |
Spons kontrasepsi
|
26 (pada wanita yang telah memiliki anak)
|
32 (pada wanita yang telah memiliki anak)
|
9 (pada wanita yang belum memilii anak)
|
16 (pada wanita yang belum memilii anak)
| |
Intrauterine device (IUD)/ Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
|
0,1–0,8
|
0,1–0,8
|
KB alami metode ritmik
|
1–9
|
25
|
Senggama terputus
|
4
|
27
|
Sekitar 85% wanita dapat menjadi hamil pada hubungan seksual tanpa kontrasepsi selama satu tahun
|
Selain efektivitasnya, masing-masing metode kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan. Misalnya saja, metode hormonal memiliki efek samping berupa peningkatan maupun penurunan risiko terhadap beberapa penyakit. Pilihan metode bergantung pada gaya hidup, pilihan, dan keperluan pengguna.
2.4.5 Perbandingan metode kontrasepsi
Perbandingan Metode Kontrasepsi
| ||||||||||
No.
|
Metode
|
Keuntungan
|
Efek samping
|
Pertimbangan Lain
| ||||||
1
|
Metode Hormonal
| |||||||||
a
|
Kontrasepsi Oral
|
Harus diminum setiap hari.
|
Menstruasi (perdarahan) tidak teratur selama beberapa bulan pertama.
|
Wanita yang berusia di atas 35 tahun dan perokok tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi oral.
| ||||||
Untuk kontrasepsi oral kombinasi (mengandung estrogen dan progestin), seorang wanita mengkonsumsi pil aktif setiap hari selama 3 pekan, kemudian diikuti dengan minum tablet inaktif selama 1 pekan.
|
Mual, perut kembung, retensi cairan, peningkatan tekanan darah, nyeri payudara, migrain, sakit kepala, pertambahan berat badan, jerawat, dan gelisah.
|
Beberapa gangguan juga dapat mengurangi penggunaannya.
| ||||||||
Untuk kontrasepsi oral yang hanya mengandung progestin saja maka pil diminum setiap hari.
|
Meningkatkan resiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah & kemungkinan kanker leher rahim
|
Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral, lebih jarang mendapat kram perut saat haid, Jerawat, perdarahan tak teratur, kemungkinan terkena osteoporosis, serta resiko mendapat beberapa jenis kanker tertentu.
| ||||||||
Kunjungan ke dokter dilakukan secara periodik untuk mengulangi resep
|
Peningkatan risiko bekuan darah dan kemungkinan kanker serviks
| |||||||||
b
|
Implan
|
Kontrasepsi implan hanya perlu dipasang 1 kali untuk pemakaian selama 3 tahun. Implan dipasang oleh seorang dokter.
|
Menstruasi tidak teratur selama tahun pertama pemakaian.
|
Larangan sama seperti penggunaan kontrasepsi oral.
| ||||||
Sakit kepala dan penambahan berat badan.
|
Diperlukan torehan untuk mengeluarkan implan
| |||||||||
c
|
Koyo kontrasepsi/ koyo KB
|
Wanita menggunakan patch kontrasepsi (berbentuk seperti koyo) untuk penggunaan selama 3 minggu. 1 minggu berikutnya tidak perlu menggunakan koyo KB.
|
Efek samping sama dengan kontrasepsi oral, namun jarang ditemukan adanya perdarahan tidak teratur.
|
Larangan sama seperti penggunaan kontrasepsi oral.
| ||||||
Kunjungan ke dokter dilakukan secara periodik untuk memperbarui resep.
| ||||||||||
d
|
Cincin vagina
|
Wanita memasukkan cincin setiap 3 minggu sekali. Kemudian selama 1 minggu cincin vagina dilepaskan. Cincin yang baru digunakan untuk pemakaian 1 bulan
|
Efek samping mirip dengan kontrasepsi oral, namun jarang ditemukan perdarahan tidak teratur.
|
Larangan sama seperti pada penggunaan kontrasepsi oral.
| ||||||
Pada minggu-minggu awal pemakaian, perlu digunakan metode kontrasepsi lain sebagai cadangan.
| ||||||||||
Cincin vagina dapat Keluar dengan sendirinya. Apabila cincin dimasukkan kembali dalam waktu kurang dari 3 jam (setelah keluar dengan tidak sengaja) maka metode kontrasepsi cadangan tidak perlu digunakan.
| ||||||||||
e
|
Injeksi Medroxyprogesterone
|
Injeksi diberikan oleh dokter setiap 3 bulan.
|
Terjadi perdarahan tidak teratur (seiring waktu, perdarahan makin jarang terjadi) atau tidak menstruasi sama sekali saat kontrasepsi injeksi digunakan. Sedikit kenaikan berat badan, sakit kepala, dan kehilangan kepadatan tulang secara sementara
|
Metode ini mengurangi risiko terjadinya kanker rahim (endometrial), penyakit radang panggul, dan anemia karena kekurangan zat besi.
| ||||||
2
|
Metode barrier (penghalang)
| |||||||||
a
|
Kondom
|
Pria menggunakan kondom segera sebelum melakukan hubungan seksual dan membuangnya setiap habis digunakan.
|
Reaksi alergi dan iritasi
|
Kondom lateks memberi perlindungan terhadap penyakit yang ditularkan lewat hubungan seksual.
| ||||||
Kondom banyak tersedia di toko obat bebas.
|
Kondom harus di gunakan secara benar. Agar efektif, metode ini memerlukan kerjasama dari pasangan.
| |||||||||
B
|
Diafragma dengan krim atau gel kontrasepsi
|
Diafragma dapat digunakan oleh wanita sebelum melakukan hubungan seksual. Kemudian didiamkan (dibiarkan) selama 24 jam.
|
Reaksi alergi, iritasi & infeksi saluran kemih
|
Setelah diafragma dipasang, krim atau gel tambahan perlu dimasukkan sebelum melakukan hubungan
seksual. | ||||||
Penentuan ukuran diafragma yang sesuai dilakukan oleh dokter (setidaknya setahun sekali).
| ||||||||||
Diafragma yang menggunakan krim atau gel kontrasepsi dapat menyebabkan penempatan diafragma menjadi berantakan.
| ||||||||||
c
|
Spons kontrasepsi
|
Spons kontrasepsi dapat dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual. Spons dapat dimasukkan kemudian dan dapat efektif selama 24 jam. Spons dibuang setiap habis digunakan.
|
Reaksi alergi dan kekeringan pada vagina atau iritasi
|
Spons dapat sulit untuk dikeluarkan. Spons harus dikeluarkan dalam setelah 30 jam.
| ||||||
Spons kontrasepsi tersedia di toko obat bebas
| ||||||||||
3
|
Metode lain
| |||||||||
a
|
Intrauterine device (IUD)/ Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
|
IUD/ AKDR hanya perlu dipasang setiap 5-10 tahun sekali, tergantung dari tipe alat yang digunakan. Alat tersebut harus dipasang atau dilepas oleh dokter.
|
Perdarahan dan rasa nyeri.
|
Kadangkala IUD / AKDR dapat terlepas.
| ||||||
Perforasi rahim (jarang sekali).
| ||||||||||
b
|
KB alami metode ritmik
|
Wanita memeriksa suhu tubuh, lendir vagina dan gejala lain atau kombinasi dari ketiganya hampir setiap hari.
|
Tidak ada.
|
Metode ini memerlukan ketekunan wanita dan hubungan seksual tidak dilakukan selama beberapa hari dalam sebulan.
| ||||||
Metode ini kurang efektif bagi wanita yang mempunyai siklus mentruasi tidak teratur
| ||||||||||
c
|
Sanggama terputus
|
Pria menarik keluar penisnya dari vagina sebelum terjadi ejakulasi.
|
tidak ada
|
Metode ini tidak dapat diandalkan karena sperma bisa saja keluar sebelum terjadi ejakulasi
| ||||||
Sangat diperlukan pengendalian diri dan pengaturan waktu yang tepat.
| ||||||||||
2.4.6 Metode Kontrasepsi
1. Metode hormonal
Terdapat beragam metode dalam kontrasepsi hormonal. Metode ini dapat dilakukan melalui mulut (kontrasepsi oral), melalui vagina, ditempelkan pada kulit, ditanam di bawah kulit, maupun disuntikkan ke dalam otot. Hormon yang digunakan untuk mencegah konsepsi meliputi estrogen dan progestin (suatu senyawa yang mirip dengan hormon progesteron). Metode hormonal mencegah kehamilan dengan cara menghambat pelepasan sel telur dari ovarium, atau mengentalkan mukus/ lendir serviks (leher rahim) sehingga sperma tidak bisa dapat melewati serviks ke rahim. Selain itu, metode hormonal juga mencegah sel telur dibuahi oleh sperma. Dalam penggunaannya, metode-metode hormonal memiliki efek samping dan batasan/larangan yang hampir sama.
A. Kontrasepsi Oral
Kontrasepsi oral, yang biasa dikenal dengan pil KB (terkadang ’pil’ saja) mengandung homon, baik kombinasi hormon progestin dan estrogen maupun hormon progestin saja. Pil KB kombinasi biasanya diminum sehari sekali selama 3 minggu kemudian istirahat 1 minggu tidak minum pil (supaya menstruasi dapat terjadi) dan mulai minum pil KB lagi seperti semula. Tablet yang berisi bahan inaktif biasanya disertakan dalam kemasan untuk diminum saat masa istirahat. Hal ini bertujuan agar rutinitas minum pil terjaga setiap hari. Ada produk pil KB yang diminum secara rutin selama 12 minggu diikuti masa istirahat selama 1 minggu. Sehingga menstruasi hanya terjadi 4 kali dalam setahun. Ada juga produk yang harus meminum pil KB aktif setiap hari. Apabila menggunakan produk ini maka tidak ada masa menstruasi, walaupun kadang-kadang perdarahan menstruasi bisa saja terjadi. Sekitar 0,3% wanita yang menggunakan pil KB kombinasi sesuai instruksi bisa hamil pada tahun pertama penggunaan. Peluang terjadinya kehamilan akan semakin besar bila wanita terlewat atau lupa untuk minum pil, terutama dihari-hari awal pada siklus menstruasi.
Dosis estrogen pada pil KB kombinasi bervariasi. Biasanya pil KB kombinasi dengan dosis estrogen yang rendah (20-35 mikrogram) banyak digunakan karena memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan yang berdosis tinggi (50 mikrogram). Wanita sehat yang tidak merokok dapat menggunakan pil KB kombinasi dosis rendah tanpa henti sampai menjelang menopause.
Pil KB yang hanya mengandung progestin diminum setiap hari tanpa henti. Terkadang pil KB ini menyebabkan perdarahan menstruasi tidak teratur. Angka terjadinya kehamilan dengan pil yang hanya mengandung progestin sama dengan pil KB kombinasi. Pil KB yang hanya mengandung progestin biasanya diresepkan bila pemberian estrogen merugikan wanita. Misalnya pil ini diresepkan pada wanita menyusui karena estrogen berefek mengurangi jumlah dan kualitas ASI. Tablet yang hanya mengandung progestin tidak mempengaruhi produksi ASI.
Sebelum mulai menggunakan kontrasepsi oral, wanita harus menjalankan pemeriksaan fisik yang meliputi pengukuran tekanan darah untuk memastikan bahwa ia tidak memiliki masalah kesehatan ketika menggunakan kontrasepsi oral. Tiga bulan setelah penggunaan kontrasepsi oral, wanita tersebut harus menjalani pemeriksaan kembali untuk melihat ada/tidaknya perubahan tekanan darah. Jika tidak ada perubahan, pemeriksaan kesehatan dilakukan setidaknya sekali setahun. Jika seorang wanita memiliki penyakit arteri koroner atau diabetes, atau memiliki risiko kedua penyakit tersebut (ada kerabat dekat yang memiliki penyakit tersebut) biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk memeriksa kadar kolesterol, lipid dan juga gula darah. Jika hasil pemeriksaan diketahui level darahnya tidak normal, dokter mungkin meresepkan kombinasi estrogen dosis rendah, namun secara berkala dilakukan monitor pada kadarlipiddanguladarah. Sebelum memulai penggunaan kontrasepsi oral, seorang wanita harus berkonsultasi pada dokter mengenai keuntungan dan kerugian kontrasepsi oral bagi dirinya.
Pil KB yang hanya mengandung progestin diminum setiap hari tanpa henti. Terkadang pil KB ini menyebabkan perdarahan menstruasi tidak teratur. Angka terjadinya kehamilan dengan pil yang hanya mengandung progestin sama dengan pil KB kombinasi. Pil KB yang hanya mengandung progestin biasanya diresepkan bila pemberian estrogen merugikan wanita. Misalnya pil ini diresepkan pada wanita menyusui karena estrogen berefek mengurangi jumlah dan kualitas ASI. Tablet yang hanya mengandung progestin tidak mempengaruhi produksi ASI.
Sebelum mulai menggunakan kontrasepsi oral, wanita harus menjalankan pemeriksaan fisik yang meliputi pengukuran tekanan darah untuk memastikan bahwa ia tidak memiliki masalah kesehatan ketika menggunakan kontrasepsi oral. Tiga bulan setelah penggunaan kontrasepsi oral, wanita tersebut harus menjalani pemeriksaan kembali untuk melihat ada/tidaknya perubahan tekanan darah. Jika tidak ada perubahan, pemeriksaan kesehatan dilakukan setidaknya sekali setahun. Jika seorang wanita memiliki penyakit arteri koroner atau diabetes, atau memiliki risiko kedua penyakit tersebut (ada kerabat dekat yang memiliki penyakit tersebut) biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk memeriksa kadar kolesterol, lipid dan juga gula darah. Jika hasil pemeriksaan diketahui level darahnya tidak normal, dokter mungkin meresepkan kombinasi estrogen dosis rendah, namun secara berkala dilakukan monitor pada kadarlipiddanguladarah. Sebelum memulai penggunaan kontrasepsi oral, seorang wanita harus berkonsultasi pada dokter mengenai keuntungan dan kerugian kontrasepsi oral bagi dirinya.
Keuntungan kontrasepsi oral
Keuntungan utama kontrasepsi oral yaitu dapat diandalkan bila digunakan secara terus-menerus. Selain itu, penggunaan kontrasepsi oral mengurangi kejang otot pada saat menstruasi, PMS, jerawat, perdarahan tidak teratur, anemia, kista pada payudara ataupun rahim, kehamilan di luar rahim, dan infeksi saluran telur. Selain itu, wanita yang menggunakan kontrasepsi oral, lebih sedikit terkena risiko osteoporosis.
Penggunaan kontrasepsi oral dapat mengurangi risiko beberapa tipe kanker, termasuk kanker uterin (endometrial) dan kanker rahim. Risiko berkurang untuk beberapa tahun setelah kontrasepsidihentikan.
Kontrasepsi oral yang diminum pada awal kehamilan tidak membahayakan janin. Namun, wanita tersebut harus menghentikan penggunaan kontrasepsi oral segera setelah ia menyadari bahwa ia hamil. Kontrasepsi oral tidak memiliki pengaruh jangka panjang pada kesuburan wanita, meskipun wanita bisa saja tidak melepaskan telur (ovulasi) untuk beberapa bulan setelah penghentian obat. Dokter merekomendasikan wanita pasca melahirkan menunggu sekitar 2 minggu untuk memulai kontrasepsi oral.
Kontrasepsi oral yang diminum pada awal kehamilan tidak membahayakan janin. Namun, wanita tersebut harus menghentikan penggunaan kontrasepsi oral segera setelah ia menyadari bahwa ia hamil. Kontrasepsi oral tidak memiliki pengaruh jangka panjang pada kesuburan wanita, meskipun wanita bisa saja tidak melepaskan telur (ovulasi) untuk beberapa bulan setelah penghentian obat. Dokter merekomendasikan wanita pasca melahirkan menunggu sekitar 2 minggu untuk memulai kontrasepsi oral.
Kekurangan kontrasepsi hormonal
Kekurangan penggunaan kontrasepsi hormonal mencakup efek samping yang merugikan. Perdarahan yang tidak teratur paling banyak ditemui pada bulan-bulan pertama penggunaan kontrasepsi oral, namun biasanya akan berhenti dengan sendirinya bila tubuh telah beradaptasi dengan kandungan hormon dalam kontrasepsi oral tersebut. Jika perdarahan tidak teratur terus berlangsung, dokter bisa saja menyarankan meminum kontrasepsi oral setiap hari, tanpa istirahat (jeda) selama beberapa bulan untuk mengurangi terjadinya perdarahan.
Beberapa efek samping yang muncul berkaitan dengan kandungan estrogen dalam tablet. Efek samping dapat berupa mual, kembung, retensi cairan, peningkatan tekanan darah, nyeri payudara, dan migrain. Beberapa efek samping berhubungan dengan tipe atau dosis progestin. Efek samping dapat berupa pertambahan berat badan, jerawat, dan gelisah. Beberapa wanita yang mengkonsumsi kontrasepsi oral berat badannya naik sekitar 3-5 pon (1,4-2,3 kg) dikarenakan retensi cairan. Terkadang berat badan bisa bertambah lagi karena nafsu makan yang meningkat. Banyak efek samping tersebut jarang muncul dengan penggunaan tablet dosis rendah.
Pada beberapa wanita, kontrasepsi oral menimbulkan bercak-bercak hitam (melasma) di wajah, serupa dengan bercak yang dapat muncul selama kehamilan. Paparan sinar matahari dapat membuat bercak tersebut lebih gelap. Jika bercak gelap bertambah, wanita tersebut harus berkonsultasi pada dokter mengenai penghentian penggunaan kontrasepsi oral. Bercak hitam akan memucat secara bertahap setelah penggunaan kontrasepsi oral dihentikan.
Menggunakan kontrasepsi oral dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit. Risiko terjadinya pembekuan darah di vena meningkat pada wanita yang menggunakan pil KB kombinasi dibandingkan yang tidak menggunakan. Risikonya meningkat 7 kali lebih tinggi dengan tablet yang mengandung estrogen dosis tinggi. Risiko meningkat sekitar 3 sampai 4 kali untuk estrogen dosis rendah. Akan tetapi, risiko yang muncul tersebut hanya setengah saja dari resiko terjadinya pembekuan darah saat hamil. Wanita yang memiliki anggota keluarga menderita pembekuan darah harus memberitahukan kepada dokter sebelum menggunakan kontrasepsi oral. Dikarenakan pembedahan/ operasi meningkatkan risiko terjadinya pembekuan darah, seorang wanita harus menghentikan penggunaan kontrasepsi oral sebulan sebelum dilakukan prosedur operasi dan tidak menggunakan kontrasepsi oral tersebut sampai sebulan setelahnya. Untuk wanita sehat yang tidak merokok, penggunaan pil kombinasi dengan estrogen dosis rendah tidak meningkatkan risiko terjadinya stroke maupun serangan jantung.
Pada beberapa wanita, kontrasepsi oral menimbulkan bercak-bercak hitam (melasma) di wajah, serupa dengan bercak yang dapat muncul selama kehamilan. Paparan sinar matahari dapat membuat bercak tersebut lebih gelap. Jika bercak gelap bertambah, wanita tersebut harus berkonsultasi pada dokter mengenai penghentian penggunaan kontrasepsi oral. Bercak hitam akan memucat secara bertahap setelah penggunaan kontrasepsi oral dihentikan.
Menggunakan kontrasepsi oral dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit. Risiko terjadinya pembekuan darah di vena meningkat pada wanita yang menggunakan pil KB kombinasi dibandingkan yang tidak menggunakan. Risikonya meningkat 7 kali lebih tinggi dengan tablet yang mengandung estrogen dosis tinggi. Risiko meningkat sekitar 3 sampai 4 kali untuk estrogen dosis rendah. Akan tetapi, risiko yang muncul tersebut hanya setengah saja dari resiko terjadinya pembekuan darah saat hamil. Wanita yang memiliki anggota keluarga menderita pembekuan darah harus memberitahukan kepada dokter sebelum menggunakan kontrasepsi oral. Dikarenakan pembedahan/ operasi meningkatkan risiko terjadinya pembekuan darah, seorang wanita harus menghentikan penggunaan kontrasepsi oral sebulan sebelum dilakukan prosedur operasi dan tidak menggunakan kontrasepsi oral tersebut sampai sebulan setelahnya. Untuk wanita sehat yang tidak merokok, penggunaan pil kombinasi dengan estrogen dosis rendah tidak meningkatkan risiko terjadinya stroke maupun serangan jantung.
Penggunaan kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun, dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker leher rahim (serviks). Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral harus melakukan Papanicolaou test atau tes pap smear setidaknya sekali dalam setahun. Tes ini dapat mendeteksi adanya perubahan pada leher rahim yang dapat berkembang menjadi kanker sebelum berubah menjadi kanker.
Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan risiko kanker payudara, tidak juga pada wanita dengan usia 35 – 65 tahun. Selain itu, penggunaan kontrasepsi oral juga tidak meningkatkan risiko kanker payudara pada kelompok berisiko tinggi (misalnya wanita dengan kelainan payudara ringan atau keluarga dengan riwayat kanker payudara)
Menggunakan kontrasepsi oral dapat menyebabkan batu empedu tumbuh lebih besar, namun tidak menyebabkan pembentukan batu empedu yang baru. Sehingga adanya batu empedu lebih sering terdiagnosa pada tahun-tahun pertama penggunaan kontrasepsi oral.
Untuk wanita yang berusia lebih dari 35 tahun dan perokok, penggunaan kontrasepsi oral dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung. Secara tipikal, wanita tersebut tidak boleh menggunakan kontrasepsi oral. Namun jika wanita tersebut dimonitor secara ketat oleh praktisi kesehatan, ia dapat menggunakan kontrasepsi oral. Menggunakan cyclophosphamide (CYTOXAN), antibiotik tertentu, atau obat antifungi tertentu dapat membuat kontrasepsi oral menjadi kurang efektif. Jika seorang wanita yang menggunakan kontrasepsi oral menggunakan salah satu obat tersebut, maka ia harus menggunakan juga metode kontrasepsi lain sampai periode awal setelah penggunaan obat-obat tersebut selesai.
Menggunakan kontrasepsi oral dapat menyebabkan batu empedu tumbuh lebih besar, namun tidak menyebabkan pembentukan batu empedu yang baru. Sehingga adanya batu empedu lebih sering terdiagnosa pada tahun-tahun pertama penggunaan kontrasepsi oral.
Untuk wanita yang berusia lebih dari 35 tahun dan perokok, penggunaan kontrasepsi oral dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung. Secara tipikal, wanita tersebut tidak boleh menggunakan kontrasepsi oral. Namun jika wanita tersebut dimonitor secara ketat oleh praktisi kesehatan, ia dapat menggunakan kontrasepsi oral. Menggunakan cyclophosphamide (CYTOXAN), antibiotik tertentu, atau obat antifungi tertentu dapat membuat kontrasepsi oral menjadi kurang efektif. Jika seorang wanita yang menggunakan kontrasepsi oral menggunakan salah satu obat tersebut, maka ia harus menggunakan juga metode kontrasepsi lain sampai periode awal setelah penggunaan obat-obat tersebut selesai.
Seorang wanita tidak boleh menggunakan kontrasepsi oral pada situasi berikut:
a. Perokok dan usianya di atas 35 tahun
b. Memiliki gangguan hati maupun tumor pada hati
c. Memiliki kadar trigliserida yang sangat tinggi (250 mg/dL atau lebih tinggi)
d. Memiliki tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol
e. Memiliki penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol
f. Memiliki gangguan ginjal
g. Memiliki penyumbatan darah di betis akibat adanya bekuan darah (trombosis vena)
h. Kondisi kaki yang tidak bergerak (seperti pada penggunaan gips)
i. Memiliki penyakit arteri koroner
j. Pernah mengalami stroke
k. Menjalankan operasi dalam bulan sebelumnya atau akan menjalankan operasi pada bulan berikutnya
l. Memiliki penyakit kolestasis (aliran empedu berkurang) selama kehamilan atau memiliki sakit kuning (jaundice) selama penggunaan kontrasepsi oral sebelumnya
m. Memiliki kanker payudara atau kanker endometrial yang dapat berkembang dengan stimulasi estrogen
n. Pernah terkena serangan jantung
o. Mengalami perdarahan vagina dengan sebab yang tidak diketahui
p. Memiliki penyakit lupus/systemic lupus erythematosus (SLE)
Wanita dapat menggunakan kontrasepsi oral hanya dengan pengawasan dari dokter pada situasi berikut:
1. Wanita yang mengalami depresi
2. Memiliki diabetes yang dikontrol dengan baik dan tidak mempengaruhi sirkulasinya
3. Memiliki sindroma pra haid/premenstrual syndrome (PMS)
4. Tidak memiliki periode menstruasi (amenorrhea) untuk alasan yang tidak diketahui
5. Sering mengalami migrain (tapi tidak dengan gejala gangguan sistem saraf pusat, seperti rasa kebas atau lemah pada lengan atau wajah)
6. Perokok berusia di bawah 35 tahun
7. Memiliki hepatitis atau penyakit hati lainnya dan telah sembuh total
8. Memiliki tekanan darah tinggi yang dikontrol dengan pengobatan
9. Memiliki varises
10. Memiliki gangguan kejang yang telah diobati dengan obat
11. Memiliki fibroid di rahim
12. Memiliki prekanker, abnormalitas pada rahim dan kanker rahim yang telah diobati
13. Obesitas
14. Memiliki hubungan dekat dengan keluarga yang menderita penyumbatan darah
B. Kontrasepsi koyo (koyo KB) dan cincin vagina
Koyo KB dan cincin vagina mengandung estrogen dan progestin dan digunakan selama 3 sampai 4 minggu, kemudian dilepas. Pada minggu keempat, kontrasepsi tersebut tidak digunakan supaya menstruasi dapat terjadi. Koyo KB ditempelkan seminggu sekali selama 3 minggu berturut-turut. Koyo itempelkan dikulit kemudian didiamkan selama 1 minggu, kemudian dilepas. Koyo yang baru ditempelkan di area kulit yang berbeda. Pada minggu ke 4 Koyo KB tidak digunakan. Olahraga dan sauna maupun penggunaan bak mandi air panas tidak akan menggeser posisi koyo KB ini. Cincin vagina merupakan alat plastik kecil yang ditempatkan dalam vagina selama 3 minggu. Kemudian, cincin dilepas selama 1 minggu. Seorang wanita dapat memasang dan melepas cincin vagina sendiri. Cincin vagina terdiri dari satu ukuran dan dapat ditempatkan di mana saja di dalam vagina. Biasanya cincin tidak dirasakan pasangan sewaktu berhubungan. Cincin vagina yang baru diganti setiap bulannya. Masing-masing metode efektif bila digunakan secara benar dan sempurna. Efektivitasnya sama dengan kontrasepsi oral. Terkadang, koyo kontrasepsi kurang efektif pada wanita yang kelebihan berat badan (overweight).
Dengan metode koyo KB dan cincin vagina, wanita memiliki periode menstruasi yang teratur. Bercak maupun perdarahan jarang terjadi. Efek samping, risiko, dan batasan/larangan sama dengan kontrasepsi oral kombinasi.
Dengan metode koyo KB dan cincin vagina, wanita memiliki periode menstruasi yang teratur. Bercak maupun perdarahan jarang terjadi. Efek samping, risiko, dan batasan/larangan sama dengan kontrasepsi oral kombinasi.
C. Kontrasepsi implan
Kontrasepsi implan merupakan kontrasepsi yang berbentuk batang kecil yang mengandung hormon progestin. Setelah dokter mematikan rasa di kulit dengan menggunakan anastetik, kemudian alat seperti jarum (trocar) digunakan untuk menempatkan implan di bawah kulit pada lengan bagian atas. Pemasangan implan tidak memerlukan jahitan pada kulit. Secara perlahan, implan akan melepaskan progestin ke dalam aliran darah. Implan efektif digunakan selama 3 tahun.
Efek samping yang paling banyak ditemukan adalah periode menstruasi yang tidak teratur atau tidak mendapatkan menstruasi selama tahun pertama penggunaan. Setelah itu, periode menstruasi menjadi teratur. Sakit kepala dan pertambahan berat badan juga bisa terjadi. Efek samping ini terkadang membuat wanita ingin melepaskan implan. Karena implan tidak diserap tubuh, dokter harus melakukan sayatan pada kulit untuk melepaskannya. Melepaskan implan lebih sulit daripada penyisipannya dikarenakan jaringan di bawah kulit menjadi lebih tebal di sekitar implan. Segera setelah implan dilepaskan, ovarium kembali ke fungsi normalnya, dan wanita subur kembali.
D. Kontrasepsi injeksi/suntikan
Progestin atau medroxyprogesterone diinjeksikan oleh tenaga kesehatan setiap tiga bulan sekali. Tersedia 2 tipe injeksi. Tipe yang pertama adalah yang disuntikkan ke jaringan otot di lengan maupun bokong, dan tipe kedua yaitu disuntikkan di bawah kulit. Masing-masing tipe sangat efektif.
Progestin mengganggu siklus menstruasi. Sekitar sepertiga wanita yang menggunakan kontrasepsi ini tidak mengalami menstruasi selama 3 bulan setelah injeksi pertama. Sedangkan sepertiga lainnya mengalami perdarahan tidak teratur dan bercak selama lebih dari 11 hari setiap bulannya. Setelah kontrasepsi ini digunakan selama beberapa waktu, perdarahan yang tidak teratur semakin jarang terjadi. Setelah 2 tahun, sebanyak 70% wanita tidak akan mengalami perdarahan sama sekali. Ketika injeksi dihentikan, menstruasi kembali teratur dalam waktu 6 bulan pada separuh wanita dan dalam waktu 1 tahun bagi tiga perempat wanita lainnya. Kesuburan mungkin saja belum kembali seperti semula sampai satu tahun setelah injeksidihentikan. Efek samping yang bisa muncul meliputi sedikit penambahan berat badan, sakit kepala, menstruasi tidak teratur atau tidak menstruasi, dan menurunnya kepadatan tulang untuk sementara waktu. Biasanya, kepadatan tulang akan kembali seperti semula setelah injeksi dihentikan. Orang yang mendapatkan suntikan kontrasepsi hormonal, terutama remaja dan wanita muda harus mengkonsumsi suplemen kalsium dan vitamin D setiap hari untuk membantu memelihara kepadatan tulang.
Medroxyprogesterone tidak meningkatkan risiko penyakit kanker, termasuk kanker payudara. Medroxyprogesteron mengurangi risiko munculnya kanker endometrial, penyakit radang pelvis (infeksi pada organ reproduksi wanita bagian atas), dan anemia karena kekurangan zat besi. Interaksi dengan beberapa obat jarang ditemukan.
E. Kontrasepsi darurat
Kontrasepsi darurat, yang biasa disebut morning after pill mengandung hormon atau obat yang dapat mempengaruhi hormon. Pil ini digunakan paling lama 72 jam setelah terjadi hubungan seksual tanpa kontrasepsi atau metode kontrasepsi yang digunakan gagal, misalnya terjadi kebocoran kondom.Kontrasepsi darurat dapat mengurangi kemungkinan hamil setelah terjadi satu kali hubungan seksual tanpa pelindung, termasuk ketika hubungan seksual tersebut dilakukan mendekati saat ovulasi.
Mendekati waktu ovulasi, peluang terjadinya kehamilan sekitar 8% tanpa kontrasepsi. Semakin cepat kontrasepsi darurat digunakan,semakin efektif kerjanya.
Tersedia 2 pilihan dalam kontrasepsi darurat :
1. Levonorgestrel
Hormon ini paling banyak digunakan dalam kontrasepsi darurat. Levonorgestrel atau progestin dalam dosis yang lebih rendah lebih banyak digunakan. Umumnya, satu dosis diminum, kemudian diikuti dengan dosis lain 12 jam kemudian. Jika dosis pertama dikonsumsi 72 jam setelah berhubungan, kemungkinan terjadinya kehamilan berkurang sampai hampir 90%. Jika dosis pertama dikonsumsi dalam waktu 24 jam setelah berhubungan, peluang kehamilan berkurang sampai sekitar 95%. Beberapa dokter merekomendasikan kedua tablet levonorgestrel dikonsumsi pada waktu yang sama. Metode ini cukup efektif. Untuk tiap penggunaan dapat diminum 1 tablet dosis biasa atau 20 tablet dosis rendah.
2. Kontrasepsi kombinasi
Kontrasepsi darurat menggunakan pil kontrasepsi oral kombinasi. 2 tablet (pil) KB kombinasi diminum sekaligus dalam jangka waktu 72 jam setelah terjadi hubungan seksual tanpa pengaman. Selanjutnya 2 tablet pil kb kombinasi berikutnya dikonsumsi 12 jam kemudian. Pilihan ini kurang efektif dalam mencegah kehamilan daripada metode lainnya. Sebanyak 50% wanita mengalami mual, dan 20% mengalami muntah. Obat antiemetik dapat digunakan untuk mencegah mual dan muntah.
F. Kontrasepsi penghalang/barrier
Kontrasepsi penghalang/barrier secara fisik menghalangi sperma memasuki rahim wanita. Kontrasepsi penghalang/barrier mencakup kondom, diafragma, penutup serviks, dan spons kontrasepsi.
Memblok akses : kontrasepsi penghalang
|
Alat kontrasepsi penghalang/barrier mencegah sperma memasuki rahim wanita. Mencakup kondom, diafragma, penutup serviks, dan spons kontrasepsi. Beberapa kondom dapat mengandung spermisida. Kondom dan metode penghalang lain yang tidak mengandung spermisida harus digunakan bersama bahan spermisida.
1. Kondom
Kondom merupakan pelindung tipis yang menutupi penis. Kondom terbuat dari karet/ lateks yang merupakan satu-satunya kontrasepsi yang melindungi penyakit menular seksual, termasuk yang disebabkan oleh bakteri (seperti gonorrhea dan syphilis) dan disebabkan karena virus (seperti HPV: Human Papilloma Virus dan HIV : Human Immunodeficiency Virus). Namun bagaimanapun, perlindungan ini (dengan berbagai pertimbangan) tidaklah sempurna. Kondom yang terbuat dari poliuretan juga menyediakan perlindungan, namun kondom jenis ini lebih tipis dan lebih mudah sobek. Kondom yang terbuat dari kulit lembu tidak melindungi dari serangan infeksi virus seperti infeksi HIV.
Kondom pria
| |
Difragma
| |
Penutup serviks
| |
Busa vagina
| |
Intrauterine Device (alat kontrasepri dalam rahim)
|
Kondom harus digunakan secara benar agar penggunaannya efektif.
Untuk beberapa jenis kondom tertentu, bagian ujung kondom perlu diberi jarak saat dipasang, sekitar ½ inchi (kurang lebih 1 ¼ cm) dari ujung penis. Gunanya sebagai tempat untuk menampung sperma. Ada juga jenis kondom lain yang telah mempunyai ruang khusus pada bagian ujungnya untuk menampung sperma. Segera setelah terjadi ejakulasi, penis harus ditarik dari vagina dengan cara memegang bagian lingkaran/pinggir kondom dengan erat pada pangkal penis untuk mencegah supaya kondom tidak terlepas dan menumpahkan sperma. Kemudian kondom dapat dilepaskan secara perlahan. Jika sperma tumpah saat penis ditarik, maka sperma dapat masuk ke dalam vagina dan menyebabkan kehamilan. Kondom yang baru harus digunakan setiap seseorang akan melakukan hubungan seksual dan kondom yang tidak layak/meragukan sebaiknya tidak digunakan/dibuang.
Selama tahun pertama penggunaan kondom, peluang kehamilan sekitar 6% dengan pemakaian sempurna dan sekitar 16% dengan pemakaian tipikal. Pembunuh sperma/ spermisida yang kadang terdapat dalam pelumas (lubrikan) kondom atau dimasukkan secara terpisah ke dalam vagina, meningkatkan efektivitas kondom.
2. Diafragma
Diafragma, karet yang berbentuk setengah bola (kubah) dilengkapi dengan penutup yang fleksibel, dimasukkan ke dalam vagina, dan ditempatkan dalam leher rahim. Diafragma menghalangi sperma memasuki rahim.
Diafragma tersedia dalam berbagai ukuran dan dokter/tenaga kesehatan dapat membantu untuk menentukan ukuran yang sesuai. Dokter/tenaga kesehatan tersebut juga akan mengajarkan mengenai cara memasukkannya. Jika seorang wanita mengalami peubahan berat badan (naik maupun turun) sekitar 10 pon (4,5 kg), telah menggunakan diafragma lebih dari 1 tahun, atau telah memiliki bayi atau telah diaborsi, maka ukuran diafragmanya harus disesuaikan kembali karena ada kemungkinan bentuk dan ukuran vagina mengalami perubahan.
Diafragma harus menutupi leher rahim tanpa menyebabkan ketidaknyamanan. Baik wanita maupun pasangannya sebaiknya tidak merasakan keberadaan diafragma tersebut. Krim kontrasepsi maupun gel kontrasepsi (yang dapat membunuh sperma) harus selalu digunakan sewaktu menggunakan diafragma, karena dikhawatirkan diafragma dapat bergeser selama hubunganseksualdilakukan.Diafragma dimasukkan sebelum berhubungan dan tidak boleh dipindah dari tempatnya (vagina) setidaknya 8 jam setelah berhubungan, namun tidak lebih dari 24 jam.
Diafragma harus menutupi leher rahim tanpa menyebabkan ketidaknyamanan. Baik wanita maupun pasangannya sebaiknya tidak merasakan keberadaan diafragma tersebut. Krim kontrasepsi maupun gel kontrasepsi (yang dapat membunuh sperma) harus selalu digunakan sewaktu menggunakan diafragma, karena dikhawatirkan diafragma dapat bergeser selama hubunganseksualdilakukan.Diafragma dimasukkan sebelum berhubungan dan tidak boleh dipindah dari tempatnya (vagina) setidaknya 8 jam setelah berhubungan, namun tidak lebih dari 24 jam.
Jika hubungan seksual berulang ketika diafragma masih di tempatnya, diperlukan penambahan krim atau gel kontrasepsi untuk melanjutkan perlindungan. Wanita harus memeriksa diafragmanya secara teratur apakah rusak/sobek. Selama tahun pertama penggunaan diafragma, persentasi kehamilan sekitar 6% dengan penggunaan sempurna dan 16% dengan penggunaan tipikal.
3. Penutup serviks
Penutup serviks mirip dengan diafragma, namun lebih kecil dan lebih keras. Penutup serviks menempati ruangan di serviks (leher rahim) dengan pas. Alat kontrasepsi ini belum tersedia di Indonesia.
Penutup serviks harus disesuaikan ukurannya oleh dokter/tenaga kesehatan. Krim kontrasepsi atau gel harus selalu digunakan bila menggunakan penutup serviks. Penutup harus dimasukkan sebelum berhubungan dan didiamkan setidaknya 8 jam setelah berhubungan, namun tidak lebih dari 48 jam.
Selama tahun pertama penggunaan penutup serviks pada wanita yang belum memiliki anak, kehamilan dapat terjadi sekitar 9% dengan penggunaan sempurna dan 18% dengan penggunaan tipikal. Untuk wanita yang telah memiliki anak kemungkinan terjadinya kehamilan menjadi 2x lipat. Melahirkan mengubah leher rahim sehingga membuat penutup serviks lebih sulit untuk melindungi dengan pas.
4. Spons kontrasepsi
Sebagai tambahan dalam menghalangi sperma memasuki rahim, spons kontrasepsi mengandung spermisida. Tersedia secara bebas dan tidak memerlukan bantuan tenagaahli.
Spons dapat dimasukkan ke dalam vagina sampai sekitar 24 jam sebelum berhubungan seksual dan spons menyediakan perlindungan dalam waktu tersebut, tanpa mempengaruhi berapa banyak hubungan seksual diulang. Spons harus didiamkan setidaknya 6 jam setelah hubungan terakhir. Namun spons tidak boleh didiamkan lebih dari 30 jam. Biasanya pasangan tidak menyadari keberadaan spons. Spons kontrasepsi kurang efektif dibandingkan diafragma.
Masalah yang berhubungan dengan penggunaan spons sebagai kontrasepsi jarang terjadi. Namun masalah yang ditemui meliputi reaksi alergi, vagina menjadi kering atau iritasi vagina dan kesulitan melepas spons.
Spons dapat dimasukkan ke dalam vagina sampai sekitar 24 jam sebelum berhubungan seksual dan spons menyediakan perlindungan dalam waktu tersebut, tanpa mempengaruhi berapa banyak hubungan seksual diulang. Spons harus didiamkan setidaknya 6 jam setelah hubungan terakhir. Namun spons tidak boleh didiamkan lebih dari 30 jam. Biasanya pasangan tidak menyadari keberadaan spons. Spons kontrasepsi kurang efektif dibandingkan diafragma.
Masalah yang berhubungan dengan penggunaan spons sebagai kontrasepsi jarang terjadi. Namun masalah yang ditemui meliputi reaksi alergi, vagina menjadi kering atau iritasi vagina dan kesulitan melepas spons.
5. Spermisida
Spermisida merupakan sediaan yang dapat membunuh sperma. Tersedia dalam bentuk busa vagina, krim, gel, dan suppositoria. Spermisida ditempatkan di vagina sebelum berhubungan seksual. Kontrasepsi ini juga menyediakan barrier fisik ke sperma. Tidak ada sediaan yang lebih efektif dibanding yang lain. Spermisida paling baik digunakan dengan kontrasepsi barrier seperti kondom dan diafragma.
6. Intrauterine Devices (IUD)/ Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat kontrasepsi dalam rahim merupakan alat yang berukuran kecil, terbuat dari plastik elastis yang dimasukkan dalam rahim. IUD atau AKDR ditempatkan selama 5 sampai 10 tahun, tergantung pada tipe atau sampai wanita tersebut ingin agar alat tersebut dilepas. IUD harus dimasukkan dan dilepaskan oleh dokter atau praktisi kesehatan lainnya. Pemasukan IUD hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Pelepasannya juga cepat dan biasanya hanya sedikit menimbulkan ketidaknyamanan. IUD mencegah kehamilan dengan berbagai cara:
1. Membunuh maupun meng-imobilisasi sperma
2. Mencegah sperma membuahi telur
3. Mencegah telur yang terbuahi menempel di rahim
Mengenali Intrauterine Devices (IUD)
|
Intrauterine devices (IUD) merupakan alat kontrasepsi kecil yang terbuat dari sejenis plastik yang dimasukkan oleh tenaga ahli (dokter, perawat, maupun bidan) ke dalam rahim melalui vagina. Terdapat beberapa tipe IUD. Tipe pelepas tembaga, yaitu tipe IUD yang pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga. Sedangkan tipe lainnya yaitu tipe pelepas progestin. Benang plastik tetap menempel pada IUD sehingga wanita dapat memastikan alat IUD masih padatempatnya.
Di Indonesia terdapat dua tipe IUD. Tipe pertama yaitu IUD pelepas progestin (levonorgestrel), memiliki masa efektif selama 5 tahun. Selama periode 5 tahun tersebut, hanya sekitar 0,5 % wanita yang mengalami kehamilan.
Di Indonesia terdapat dua tipe IUD. Tipe pertama yaitu IUD pelepas progestin (levonorgestrel), memiliki masa efektif selama 5 tahun. Selama periode 5 tahun tersebut, hanya sekitar 0,5 % wanita yang mengalami kehamilan.
Tipe yang kedua adalah IUD yang melepaskan tembaga, yang memiliki efektivitas sekitar 10 tahun. Selama waktu tersebut, kurang dari 2% wanita hamil. Satu tahun setelah IUD dilepas, 80 sampai 90% yang ingin hamil, bisa hamil.
IUD yang dimasukkan 1 minggu setelah terjadi 1 kali hubungan seksual tanpa pengaman, efektivitasnya mendekati 100% seperti pada metode kontrasepsi darurat. IUD tidak mempunyai efek sistemik tidak mempengaruhi seluruh tubuh).
Rahim bisa saja terkontaminasi bakteri pada saat pemasukan IUD, namun infeksi jarang ditemukan. Benang pada IUD tidak menyebabkan masuknya bakteri. IUD meningkatkan risiko infeksi panggul hanya pada bulan pertama penggunaan.
Permasalahan yang mungkin muncul:
Perdarahan dan nyeri merupakan alasan utama yang menyebabkan wanita melepas IUD-nya (lebih dari separuh wanita melepaskan IUD sebelum waktunya). IUD yang melepas tembaga meningkatkan perdarahan menstruasi. Sebaliknya, IUD pelepas progestin mengurangi terjadinya perdarahan menstruasi. Setelah 1 tahun, perdarahan menstruasi akan berhenti pada sekitar20%wanita.
Sekitar 5% IUD terlepas/keluar pada tahun pertama pemasangan, bahkan pada beberapa minggu pertama. Terkadang wanita tidak menyadari lepasnya IUD. Benang plastik ditempelkan ke IUD sehingga wanita dapat memeriksa sesering mungkin dan memastikan bahwa IUD masih pada tempatnya, terlebih lagi setelah masa menstruasi. Jika ia tidak menemukan benangnya, ia harus menggunakan metode kontrasepsi lain sampai tenaga kesehatannya memutuskan apakah IUD nya masih terpasang atau tidak. Jika IUD lainnya dimasukkan setelah IUD sebelumnya terlepas, biasanya IUD tersebut tetap terpasang ditempatnya.
Perdarahan dan nyeri merupakan alasan utama yang menyebabkan wanita melepas IUD-nya (lebih dari separuh wanita melepaskan IUD sebelum waktunya). IUD yang melepas tembaga meningkatkan perdarahan menstruasi. Sebaliknya, IUD pelepas progestin mengurangi terjadinya perdarahan menstruasi. Setelah 1 tahun, perdarahan menstruasi akan berhenti pada sekitar20%wanita.
Sekitar 5% IUD terlepas/keluar pada tahun pertama pemasangan, bahkan pada beberapa minggu pertama. Terkadang wanita tidak menyadari lepasnya IUD. Benang plastik ditempelkan ke IUD sehingga wanita dapat memeriksa sesering mungkin dan memastikan bahwa IUD masih pada tempatnya, terlebih lagi setelah masa menstruasi. Jika ia tidak menemukan benangnya, ia harus menggunakan metode kontrasepsi lain sampai tenaga kesehatannya memutuskan apakah IUD nya masih terpasang atau tidak. Jika IUD lainnya dimasukkan setelah IUD sebelumnya terlepas, biasanya IUD tersebut tetap terpasang ditempatnya.
Jarang ditemukan kejadian perforasi rahim pada saat pemasangan IUD. Biasanya, perforasi tidak menimbulkan gejala. Perforasi diketahui ketika wanita tidak dapat merasakan benang plastik IUD, kemudian dari hasil USG atau sinar x menunjukkan bahwa IUD ternyata berada di luar rahim. IUD yang menyebabkan perforasi rahim dan masuk ke rongga perut harus di ambil dengan cara operasi, terkadang menggunakan laparoskopi untuk mencegah usus menjadi terluka atau tergores.
Risiko keguguran terjadi pada sekitar 55% wanita yang hamil dengan IUD masih di tempatnya. Jika wanita ingin kehamilannya dilanjutkan, dan benang IUD masih terlihat, dokter akan melepas IUD untuk mengurangi risiko keguguran (sekitar 20%). Pada kehamilan dengan IUD yang masih berada di dalam rahim tidak meningkatkan risiko cacat pada janin, kematian janin, maupun infeksi panggul selama kehamilan. Untuk wanita hamil yang masih terdapat IUD, kemungkinan memiliki kehamilan ektopik (di luar rahim) sekitar 5%. Meskipun demikian, risiko secara keseluruhan dari kehamilan ektopik lebih rendah dibandingkan yang tidak menggunakan metode kontrasepsi karena IUD mencegah kehamilan secara efektif.
Manfaat: Selain mengontrol kehamilan, IUD dapat mengurangi risiko kanker endometrial dan kanker leher rahim.
2.4.6.1 Metode berdasarkan waktu
Selain penggunaan alat maupun obat, beberapa metode kontrasepsi bergantung pada waktu dilakukannya hubungan seksual.
Metode KB Alami
Metode KB alami yaitu metode kontrasepsi dengan cara tidak dilakukannya hubungan seksual ketika wanita dalam masa subur. Umumnya, ovarium melepaskan sel telur sekitar 14 hari sebelum dimulainya periode menstruasi. Meskipun sel telur yang tidak dibuahi hanya dapat bertahan sekitar 12 jam, tetapi sperma sendiri dapat bertahan sampai 5 hari setelah hubungan seksual dilakukan. Oleh karena itu, pembuahan dapat terjadi mulai 5 hari sebelum sampai 12 jam setelah terjadi ovulasi.
Berikut adalah beberapa metode KB alami. Masing-masing metode KB alami memperkirakan waktu ketika telur dikeluarkan (ovulasi). Metode kalender merupakan metode yang efektivitasnya paling kecil. Metode temperatur, mukus/ lendir, dan simptotermal merupakan metode yang lebih akurat dalam memperkirakan waktu ovulasi.
1. Metode Kalender (pantang berkala)
Metode ini tidak efektif untuk wanita yang mempunyai siklus menstruasi tidak teratur. Untuk menghitung kapan waktu hubungan suami istri tidak boleh dilakukan (pantang), seorang wanita menambahkan 18 hari dari siklus terpendek dan 11 hari dari siklus terpanjang dari 12 siklus menstruasi ke depan. Contohnya: jika siklus terakhir dari 26 sampai 29 hari, dia harus tidak berhubungan dimulai hari ke 8 (26-18) sampai hari ke 18 (29-11) setiap siklusnya. Semakin panjang siklusnya, semakin lama juga seorang wanita tidak boleh melakukan hubungan seksual. Hari pertama pada periode menstruasi dihitung sebagai hari pertama perhitungan.
2. Metode Temperatur
Suhu tubuh wanita pada saat istirahat (suhu tubuh basal) meningkat sedikit demi sedikit sekitar 0.9° F (0.5° C), setelah sel telur dilepaskan. Untuk mengetahui suhu tubuh basal, seorang wanita harus mengukur suhu tubuhnya setiap pagi sebelum bangun dari tempat tidur. Jika memungkinkan, gunakan termometer pengukur suhu basal tubuh (yang lebih akurat dibandingkan termometer biasa) atau jika tidak tersedia, gunakan termometer merkuri. Termometer elekronik sedikit kurang akurat. Suhu tubuh harus diukur dan dicatat setiap harinya. Seorang wanita pantang melakukan hubungan seksual mulai dari awal periode menstruasi sampai setidaknya 72 jam setelah suhu basal tubuhnya meningkat.
3. Metode pemeriksaan lendir vagina/ Metode Mukus
Seorang wanita dapat menentukan masa suburnya dengan cara mengamati pengeluaran lendir dari vagina, jika memungkinkan pemeriksaan dilakukan beberapa kali setiap hari, dimulai dari hari setelah menstruasi berakhir. Bisa jadi tidak ada lendir yang keluar selama beberapa hari setelah menstruasi berakhir, tetapi kemudian akan muncul lendir yang kental dan keruh. Sesaat sebelum terjadi ovulasi, lendir yang dikeluarkan akan semakin banyak, menjadi lebih encer, elastis (dapat diregangkan jika menempel di jari), dan lebih jernih menyerupai air (seperti putih telur mentah). Hasil pengamatan harus dicatat. Hubungan seksual harus dihindari pada saat menstruasi karena lendir vagina tidak dapat diperiksa saat itu dan perdarahan vagina yang ringan dapat disalahartikan sebagai menstruasi. Hubungan seksual dapat dilakukan ketika tidak ada lendir vagina yang muncul tetapi hubungan seksual tidak boleh dilakukan selain hari tersebut karena air mani yang keluar setelah berhubungan dapat disalahartikan sebagai lendir vagina. Ketika lendir vagina muncul, hubungan seksual harus dihindari selama 3-4 hari setelah perubahan pada lendir vagina mengindikasikan terjadinya ovulasi. Hubungan seksual diperbolehkan tanpa ada larangan untuk frekuensinya sampai periode menstruasi berikutnya datang. Wanita yang menggunakan metode ini sebaiknya jangan menggunakan produk pembersih kewanitaan baik yang berbentuk douche, semprotan ataupun cream karena produk-produk tersebut dapat menyebabkan perubahan pada lendir vagina.
4. Metode simptotermal
Metode ini merupakan kombinasi antara metode pengecekan suhu tubuh, pemeriksaan lendir vagina dan juga sistem kalender. Wanita harus memperhatikan saat lendir vagina meningkat, menjadi lebih kental, elastis serta lebih jernih menyerupai air (seperti pada pemeriksaan lendir vagina) dan suhu tubuh meningkat. Saat itu wanita sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual mulai dari hari pertama berhenti melakukan hubungan seksual sesuai sistem kalender sampai setidaknya 72 jam setelah temperatur tubuhnya naik (sistem pengecekan suhu tubuh) dan lendir vagina berubah (sistem pemeriksaan lendir vagina). Pada metode KB alami, metode ini paling dapat diandalkan. Dengan pengamatan yang tepat maka kemungkinan menjadi hamil sekitar 2 % setahun.
5. KB Alami
Perencanaan keluarga secara alami (KB alami) meliputi perencanaan mengenai tidak dilakukannya hubungan seksual selama wanita dalam masa subur. Untuk mengetahui waktu di mana wanita dalam masa subur dapat dilakukan dengan menggunakan metode kalender, pengukuran temperatur tubuh, maupun menggunakan karakteristik mukus/lendir vagina (yang selalu berubah sepanjang bulan), atau dengan menggunakan kombinasi dari ketiga metode tersebut (metode simptotermal).
Masa subur pada masing-masing wanita berbeda dikarenakan perbedaan dari lamanya siklus haid seorang wanita, hari di saat temperatur tubuhnya meningkat, perubahan lendir vagina, dan gejala-gejala lain yang bervariasi. Grafik tersebut memberikan gambaran mengenai perencanaan KB alami. Bagi wanita yang siklusnya menstruasinya tidak teratur akan sulit dalam menggunakan metode ini.
Untuk metode kalender pada contoh di atas, 18 hari diambil dari siklus terpendek (26 – 18 = 8) dan 11 hari merupakan siklus terpanjang (29 – 11 = 18). Sehingga seorang wanita harus menghindari hubungan seksual pada hari ke-8 sampai hari ke-18. Untuk metode pengukuran suhu, seorang wanita tidak boleh melakukan hubungan seksual mulai dari periode menstruasi sampai setidaknya 72 jam dihitung pada hari setelah suhu tubuh basalnya meningkat.
Untuk metode mukus, seorang wanita tidak boleh melakukan hubungan seksual pada saat periode menstruasi dan dari waktu lendir vagina muncul sampai saat di mana lendir vagina yang muncul menjadi lebih cair, elastis, jernih dan menyerupai air. Hubungan seksual dapat dilakukan di antara akhir periode menstruasinya dan saat lendir vaginanya muncul. Namun selama waktu tersebut, ia harus membatasi hubungan seksual pada tiap harinya sehingga ia tidak bingung antara airman dengan lender dari leher rahim.
Untuk metode mukus, seorang wanita tidak boleh melakukan hubungan seksual pada saat periode menstruasi dan dari waktu lendir vagina muncul sampai saat di mana lendir vagina yang muncul menjadi lebih cair, elastis, jernih dan menyerupai air. Hubungan seksual dapat dilakukan di antara akhir periode menstruasinya dan saat lendir vaginanya muncul. Namun selama waktu tersebut, ia harus membatasi hubungan seksual pada tiap harinya sehingga ia tidak bingung antara airman dengan lender dari leher rahim.
Pada metode simtotermal, seorang wanita menggunakan metode temperatur, lendir vagina, dan kalender sekaligus. Wanita mencatat kapan lendir vagina meningkat, dan berubah bentuknya dan kapan suhu basal tubuh meningkat. Wanita tersebut tidak boleh melakukan hubungan seksual mulai dari hari yang telah ditentukan oleh metode kalender sampai setidaknya 72 jam pada hari ketika temperatur tubuhnya meningkat dan lendir vagina berubah yang mengindikasikan terjadi ovulasi.
7. Senggama Terputus (coitus interuptus)
Untuk mencegah sperma masuk ke vagina, pria dapat menarik penisnya dari vagina sebelum terjadi ejakulasi, ketika sperma keluar pada saat orgasme. Metode yang disebut senggama terputus ini kurang efektif karena sel sperma dapat keluar sebelum terjadi orgasme. Selain itu, metode ini juga membutuhkan kontrol diri yang tinggi dari pria dan ketepatan waktu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Menurut WHO, Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek-objek tertentu, mengatur jumlah anak sesuai kehendak, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
2. Gerakan Keluarga Berencana bertujuan untuk meningatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
3. Memilih alat kontrasepsi yang cocok dan baik merupakan hal yang gampang-gampang susah. Semuanya harus disesuaikan dengan umur dan tujuan dari wanita pasangan usia subur. Dalam dunia kedokteran, terdapat tiga fase yang digunakan sebagai dasar penggunaan kontrasepsi yang rasional. Manfaat kontrasepsi keluarga berencana yaitu masa menunda kesuburan / kehamilan, masa mengatur kesuburan / menjarangkan kesuburan dan masa mengakhiri kesuburan.
4. Metode kontrasepsi yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
a) Senggama terputus, dimana senggama dilakukan sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan pria dikeluarkan dari liang vagina dan sperma dikeluarkan di luar.
b) Pantang berkala dimana cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada saat istri dalam masa subur.
c) Kondom dan diafragma adalah suatu kantung karet tipis, biasanya terbuat dari lateks, tidak berpori, dipakai untuk menutupi zakar yang berdiri (tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina.
d) Cream, Jelly, atau Tablet Berbusa, dimana semua kontrasepsi tersebut masing-masing dimasukan ke dalam liang vagina 10 menit sebelum melakukan senggama, yaitu untuk menghambat geraknya sel sperma atau dapat juga membunuhnya.
e) Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum.
f) Jenis-jenis AKDR di Indonesia adalah sebagai berikut : Copper-T, Copper-7, Multi Load,Lippers Loop.
g) Suntikan adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat tersebut pada wanita subur.
h) Implant dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi. Tubektomi (sterilisasi pada wanita)
i) Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi.
3.2 Saran
Keluarga berencana adalah salah satu cara yang dapat dilakukan oleh semua pasangan yang menginginkan agar tidak terlalu banyak anak. Namun dalam memilih alat kontrasepsi terkadang akseptor keluarga berencana yang baru merasa kesulitan dan kebingunan dalam memilih alat kontrasepsi yang akan mereka gunakan. Oleh karena itu, peran serta semua pihak sangat diperlukan dalam ikut mensukseskan gerakan keluarga berencana tersebut dan peran serta penyuluh kesehatan sangat diperlukan sekali guna peningkatan pemahanan dan pengetahuan masyarakat mengenai alat kontrasepsi, baik itu sisi positif maupun sisi negatif dari setiap jenis alat kontrasepsi.
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Musbir. 1999. Asuhan Antenatal. Pusdiknakes. WHO-JHPIEGO.
Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Saifuddin. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
________. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Sundquist. 1998. Kontrasepsi : Apa Yang Terbaik Bagi Anda. Arcan. Jakarta.
Wiknjosastro. 1999. Ilmu Kebidanan : Cetakan Kelima. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Wiryo. 2001. Gema Prima Perilaku. (Online). Tersedia : http://www.tempo.co.id
KONTRASEPSI\Informasi Kontrasepsi lengkap - medicastore_com.mht
Tidak ada komentar:
Posting Komentar